Sabtu, 08 Maret 2014

Seminar Nasional Dalam rangka mempererat silaturahmi antara keraton se-asean di LOMBOK (NTB)



Jumat, 08 November 2013

PERINGATAN TAHUN BARU ISLAM 1436 H DAN ULANG TAHUN KOTA CIREBON KE 644

 Eksistensi Walikota Cirebon beserta jajaran MUSPIDA Pemerintah Kota cirebon dalam mengangkat dan melestarikan budaya cirebon dalam suatu pagelaran drama tari dan kolosal "MBEBERE UMBUL UMBUL WARING, Bercerita tentang pendirian NAGARI  CARUBAN oleh PANGERAN CAKRABUANA/MBAH KUWU CERBON/PANGERAN WALANG SUNGSANG dan SYEKH SYARIF HIDAYATULLAH atau SUNAN GUNUNG JATI sebagai SULTAN PANATAGAMA SUSUHUNAN JATI







KOMUNITAS ASEAN 2015

 

FOTO MERIAHNYA KIRAB FESTIVAL KERATON DAN MASYARAKAT ADAT ASEAN DI LOMBOK (oktober 2013)

 




Para sultan beserta Permaisuri yang ada di Nusantara tanpak hadir mengikuti prosesi pembukaan kirab Festival Keraton. Di antara yang hadir adalah:
1.Puri Agung Denpasar
2.Keraton Kesultanan Cirebon
3.Kesultanan Kutai Kertanegara
4.Kesultanan Banten
5.Kesultanan Buton
6.Kesultanan Keprabonan Cirebon
7.Kesultanan Maluku
8.Kesultanan Kacirebonan
9.Kesultanan Kanoman Cirebon
10.Kesultanan Bulungan
11.Kesultanan Bonto Tanga
12.Kesultanan Dompu
13.Kota Bau-bau
Disamping itu juga semua etnis yang ada di Nusa Tenggara Barat ikut berpartisipasi memeriahkan Kirab festival Kraton dan masyarakat Adat Sean. Diantara etnis yang ikut kirab adalah
1.Etnis Jawa
2.Etnis Batak
3.Etnis Aceh
4,Etnis Padang Palembang
5.Etnis tionghoa
6.Etnis Dompu
7.Etnis Sumbawa
8.Etnis Bima
9.Etnis Sulawesi
10.Etnis Banjar
Kegiatan kirab seperti ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar masyarakat tahu tentang keraton-keraton yang ada di Nusantara

Kamis, 23 Mei 2013

CIREBON SEBAGAI KOTA PUSAKA

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI melirik Kota Cirebon sebagai tempat uji petik penyusunan naskah.
Naskah itu akan menjadi pedoman peningkatan kualitas Kota Pusaka, termasuk Cirebon. Bersaing dengan Kota Pusaka lainnya, Cirebon memiliki keunggulan yang berbeda.
Tampak hadir sultan dari keraton di Cirebon. Beberapa pejabat Kota dan Kabupaten Cirebon, serta aktivis budaya dan peminat benda pusaka. Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE menyatakan, Kota Cirebon termasuk ke dalam kriteria Kota Pusaka. Sebab berbagai syarat yang diajukan telah terpenuhi. “Banyak festival dan acara yang dilakukan dengan kearifan lokal. Juga mengandung nilai budaya leluhur,” terangnya di hadapan perwakilan kementerian di Hotel Permata Hijau, Kejaksan, Senin (3/12).
Arief dan para sultan lainnya, mendesak Kota Cirebon dijadikan Kota Pusaka. “Banyak naskah kuno yang harus digali dan dipublikasikan. Ini bisa menjadi daya tarik wisata,” ujar Arief, seraya menyebutkan Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan karya sejarah yang sezaman dengan Masjid Agung Demak. “Kerajaan Demak sudah pensiun, tapi di Cirebon masih tegak. Potensi-potensi ini diharapkan mampu menggerakkan ekonomi kreatif,” ucapnya lantas membeberkan dalam waktu dekat akan ada Kongres Bahasa Cirebon.
Perwakilan kementerian, Suhartini Sekartjakrarini menuturkan, keraton dan benda pusaka di Cirebon menjadi sumber daya tidak terbarukan. Sebab jika sudah rusak, situs dan aset sejarah di Kota Cirebon tidak akan bisa dikembalikan lagi. Perlu langkah untuk mengumpulkan potensi di Cirebon. “Satu dari sekian yang ada, harus diangkat dan menjadi yang paling spesial dari Cirebon,” pesannya.
Diharapkan pula penataan dan potensi aset wisata serta ekonomi kreatif yang dikembangkan di Cirebon, harus bisa mengemas kelokalan agar menarik. “Cirebon kota transit, harus pandai mengemas,” sarannya.
Aktivis Pusaka Kendi Pertula, Mustakim Astaja menyampaikan peninggalan Sunan Gunung Jati sangat banyak. Terlihat dari keragaman budaya Cirebon. Keraton dan masyarakat memiliki banyak agenda budaya yang mengakomodasi kearifan lokal. Seperti ngunjung, nadran, dan sejenisnya. “Kalau ini dikemas dengan baik, akan menghasilkan banyak hal. Kota Cirebon harus jadi Kota Pusaka,” desaknya.
Mustakim mengkritisi Wali Kota . Menurutnya, wali kota  tidak peduli budaya. Dia berharap wali kota
mau peduli dengan budaya dan pusaka Cirebon. Ditegaskannya, Cirebon memiliki keunggulan komparatif dibanding Kota Pusaka lainnya. Namun keunggulan komparatif saja tidak berguna tanpa keunggulan kompetitif

diantaranya yang harus mejadi sorotan pemerintah adalah bagaimana caranya heritage atau center of culture cirebon seperti keraton keraton harus bisa di optimalkan keberadaannya sebagai pusat pariwisata dan pelestarian budaya,,,,,,

yang perlu di soroti salah satunya KERATON KAPRABONAN yang lokasi nya tertutup oleh pemukiman penduduk,,,,keberadaanya harus bisa mencirikan eksistensi agar selain wong cerbon,,,tetapi wisatawan luar atau dalam negri bisa mengetahui eksistensi KERATON KAPRABONAN diantara 3 KERATON lainnya.

Kamis, 03 Mei 2012

SEMARAK FESTIVAL KERATON NUSANTARA 2012




Agenda Festival Budaya tahunan dengan rangkaian acara Festival Keraton Nusantara (FKN) tahun 2012 akan kembali digelar. Dalam tahun 2012 ini kegiatan tersebut akan dipusatkan di Keraton Buton, tepatnya di kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara.
Dalam semarak Festival Keraton Nusantara 2012, tema yang diangkat adalah “Binci-binciki Kuli”. Dalam falsafah kebudayaan Buton, “Binci-binciki kuli ini memiliki makna harfiah jika setiap orang mencubit kulit tubuhnya sendiri pasti akan terasa sakit. Filosofi ini memaknakan bahwa jika kita merasa sakit mencubit kulit tubuh sendiri maka pasti akan terasa sakit pula bila kita mencubit kulit tubuh orang lain. Hal senada disampaiakan oleh Kepala Bidang Purbakala dan Nilai-nilai Seni Budaya, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Bau-Bau, Ali Arham.
Tema tersebut dirasa sangat relevan dengan kondisi Bangsa Indonesia saat ini dimana banyaknya gejolak gesekan baik vertical maupun horizontal yang memicu lahirnya konflik dalam kondisi keseharian Bangsa Indonesia. Sehingga diharapkan dengan tema tersebut dapat dimanifestasikan masyarakat untuk saling menghargai dan menghormati dalam tenggang rasa sebagai wujud menghormati warisan kearifan lokal dari keberagaman suku dan budaya di Indonesia.
Khusus untuk Keraton Buton sendiri, didukung penuh oleh daerah-daerah yang masuk dalam eks kesultanan Buton, antara lain Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Wakatobi, Buton Utara, dan Bombana.
Terkait kesiapan dalam pelaksanaan FKN 2012 yang akan digelar pada awal juli nanti, Pemerintah Kota Bau-Bau saat ini sedang merampungkan segala persiapan baik dari sisi sosial, infrastruktur serta persiapan teknis lainnya terkait sarana dan prasarana penunjang. Tercatat bahwa sebanyak 120 Keraton dari 152 Keraton di Indonesia (Keraton Nusantara) telah menyatakan kesediannya dan memastikan turut serta menyemarakkan agenda tersebut. Dan saat ini masih menunggu konfirmasi dari sekitar 30 Keraton lainnya. Kemudian terkait dengan rangkaian acara FKN ini, pihak pemerintah lokal sebagai panitia sedang menunggu keputusan jadwal resmi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Citra Satelit Kota Bau-Bau & Keraton Buton; Support Image : Google Maps (Satelit)

Jumat, 20 April 2012

Sejarah Singkat Kraton Kaprabonan


Kraton Kaprabonan adalah salah satu keturunan Prabu Siliwangi Raja Pakuan Pajajaran (Abad XV), beristri permaisuri bernama Ratu Subang Larang, yang berputera:
  1. Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana yang bergelar Prabu Anom atau Sri Mangana.
  2. Ratu Mas Rarasantang.
  3. Pangeran Raja Sengara atau Kian Santang Ratu Mas Rarasantang setelah menunaikan ibadah haji bersama kakaknya (Pangeran Walasungsang), namanya menjadi Hajjah Syarifah Mudaim. Dari sanalah Ratu Mas Rarasantang bertemu jodoh yang kemudian menikah dengan Sultan Mesir bernama Sultan Mahmud Syarief Abdullah dimana beliau keturunan ke-21 dari Rasulullah Muhammad SAW yang kemudian dikaruniai 2 orang putera, yaitu:
  1. Syech Nurudin Ibrahim Syarief Hidayatullah.
  2. Syech Syarief Nurullah Syech Syarief Hidayatullah (putera pertama Sultan Mesir) setelah berumur sekitar 26 thn, hijrah ke tanah Sunda dalam melaksanakan tugas untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan janji dan cita-cita ibundanya. Sedangkan Syech Syarief Nurullah (putera ke-2 Sultan Mesir) yang meneruskan ayahandanya sebagai Sultan Mesir, karena kakaknya tidak mau menjabat sebagai Sultan Mesir dan patuh perintah ibundanya.
Pada tahun 1479 M, Syech Syarief Hidayatullah Susuhunan Jati Cirebon menjadi kepala negara di Cirebon, dan bergelar:
" Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panata Agama Awliyai Allah Kutubid Zaman Khalifatur Rasulullah SAW "
Pada tahun 1500 M Syech Syarief Hidayatullah telah menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, bahkan sampai ke negeri Cina (Tartar). Susuhunan Gunung Jati beristri dengan Nyai Kawunganten (adik bupati Banten), berputera Pangeran Maulana Hasanudin yang kemudian menjadi Sultan Banten. Setelah itu beristeri lagi dengan Nyai Tepasari dan berputera Pangeran Pasarean yang meneruskan sebagai Kepala Pemerintahan di Cirebon yang nama lengkapnya adalah Pangeran Dipati Muhammad Arifin Pasarean. Pangeran Pasarean berputera Pangeran Adipati Carbon.
Pangeran Adipati Carbon berputera Panembahan Ratu I atau Pangeran Emas (Kepala Negara Carbon ke-2), bertahta mulai tahun 1528 M. Panembahan Ratu I berputera Pangeran Dipati Anom Carbon, Pangeran Dipati Anom Carbon berputera Panembahan Ratu II (Kepala Negara Carbon ke-3) wafat pada tahun 1601 M di Girilaya Yogyakarta ketika diundang oleh mertuanya, yaitu Amangkurat I Sultan Mataram katanya, tetapi ternyata ditipu muslihat oleh kolonial Belanda dengan cara disekap (dipenjarakan) untuk menandatangani penyerahan keukasaan pemerintah Cirebon kepada pemerintah Belanda. Namun Panembahan Ratu II tetap tidak mau menandatanganinya dan menyerahkan kekuasaan Cirebon kepada pemrintah Belanda, sampai akhirnya beliau wafat dan dimakamkan di pemakaman raja-raja di Girilaya, Imogiri Yogyakarta. Setelah wafatnya Panembahan Ratu II, kekuasaan pemerintah Kesultanan Cirebon akhirnya lemah karena putera-puteranya masih kecil akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan pemerintah Belanda pada tahun 1601 M, sehingga kekuasaan pemerintah Kesultanan Cirebon secara mutlak tidak ada lagi. Kesultanan Cirebon hanya diberi wilayah kekuasaan dan hak-haknya secara terbatas.
Panembahan Ratu II (Panembahan Ratu Akhir) berputera:
  1. Pangeran Martawijaya, bergelar Sultan Sepuh Samsudin, menetap di Keraton Kasepuhan.
  2. Pangeran Kartawijaya, bergelar Sultan Anom Badrudin, menetap di Keraton Kanoman.
  3. Pangeran Wangsakerta, bergelar Panembahan Toh Pati sebagai asisten Sultan Sepuh yang menetap di Keraton Kasepuhan dan beliau hanya menurunkan sampai 2 turunan, setelah itu punggal (tidak menurunkan lagi).
Dari Sultan Anom Badrudin Keraton Kanoman berputera:
  1. Pangeran Raja Adipati Kaprabon, dari ibunda Ratu Sultan Panengah (permaisuri ke-2) bergelar Sultan Pandita Agama Islam Tareqat, yang hijrah dan menetap di Keraton Kaprabonan.
  2. Pangeran Raja Mandurareja Qodirudin dari ibunda Nyi Mas Ibu (permaisuri ke-3) yang meneruskan sebagai Sultan Anom di Keraton Kanoman.
Keraton Kaprabonan mulai berdiri pada tahun 1696 M yang dipimpin oleh Pangeran Raja Adipati Kaprabon dengan cita-citanya mengembangkan agama Islam sesuai perjuangan para Waliyullah terdahulu, terutama karuhunnya Sunan Gunung Jati. Pada saat itu gejolak politik pemerintahan Belanda semakin memanas, dan perlawanan-perlawanan terhadap kolonial Belanda pun masih terus berjalan, sehingga Pangeran Raja Adipati Kaprabon ingin menjauhkan diri dari situasi tersebut dan selalu mengkhususkan diri (Mandita) dalam mengembangkan agama Islam kepada para murid-muridnya, beliau tetap mendukung perjuangan adiknya untuk mengusir kolonial Belanda walaupun tidak sampai berhasil karena pada saat itu kekuatan kolonial Belanda semakin besar dengan telah dibentuknya Pemerintahan Residen Belanda yang dipimpin oleh Delamoor. Kepemimpinan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat kuat dengan politik pendekatan persuasif dengan Kesultanan dan para tokoh masyarakat pada saat itu.
Pangeran Raja Adipati Kaprabon tetap memegang komitmen melaksanakan amanat dari Gusti Susuhunan Jati Syech Syarief Hidayatullah, yaitu "Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin".
Maka dengan demikian beliau tetap tekun memperdalam agama tareqat dan menyebarkannya kepada para muridnya di sekitar wilayah Cirebon, bahkan banyak dari luar wilayah Cirebon yang berdatangan untuk menjadi muridnya, seperti dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pangeran Raja Adipati Kaprabon pada waktu diangkat menjadi Sultan Pandita Agama Islam Tareqat beliau telah diwarisi sebilah keris pusaka yang bernama Ki Jimat oleh Sultan Kanoman Pangeran Muhammad Badrudin dan beberapa kitab keagamaan maupun kitab pusaka dan sejarah yang sampai sekarang masih ada dan berjumlah sekitar 100 kitab dan tersebar di 4 paguron.
Keris Ki Jimat di dalamnya terukir dengan guratan emas dan tertulis Arab yang bermakna kalimat Tauhid dan keselamatan dunia akhirat. Setelah pesatnya perkembangan kemuridan keagamaan, 11 tahun kemudian Pangeran Raja Adipati Kaprabon pada tahun 1707 M mendirikan Langgar atau Tajug untuk tempat belajar ngaji dan agama agar proses belajar tersebut dapat berjalan dengan lancar dan baik, yang akhirnya juga dapat dijadikan tempat untuk pertemuan menyusun perjuangan melawan Belanda pada waktu itu.
Dalam setiap perjuangannya untuk mengadakan pelawatan ke daerah-daerah lain, P.R.A. Kaprabon menggunakan kereta berkuda yang dikawal oleh beberapa abdi dalemnya. Dengan kelincahan dan kepandaiannya dengan dalih agama, beliau tidak pernah ditangkap oleh tentara Belanda pada waktu itu, dan penyebaran agamanya pun cukup berhasil sampai ke pelosok-pelosok.
Setelah Pangeran Raja Adipati Kaprabon sebagai Sultan Pandita agama Islam Tareqat wafat pada tahun 1734 M, kemudian secara turun-menurun diteruskan oleh puteranya, yaitu:
  1. Pangeran Kusumawaningyun Kaprabon (1734 - 1766)
  2. Pangeran Brataningrat Kaprabon (1766 - 1798)
  3. Pangeran Raja Sulaiman Sulendraningrat Kaprabon (1798 - 1838)
  4. Pangeran Arifudin Kusumabratawirdja Kaprabon (1838 - 1878)
  5. Pangeran Adikusuma Adiningrat Kaprabon (1878 - 1918)
  6. Pangeran Angkawijaya Kaprabon (1918 - 1946)
  7. Pangeran Aruman Raja Kaprabon (1946 - 1974)
  8. Pangeran Herman Raja Kaprabon (1974 - 2001)
  9. Pangeran Hempi Raja Kaprabon (2001 - sekarang)

MULUDAN KAPRABONAN 1433 H

Tanggal 5 februari 2012 yang lalu ....Keraton Kaprabonan Menyelenggarakan Maulid nabi MUHAMMAD SAW. di langgar agung kraton kaprabonan dipimpin langsung oleh Sultan P. Hempi Raja kaprabon. MP. Maulid nabi ini berlangsung Khidmat walaupun sempat diguyur hujan yang sangat lebat , namun tidak menghentikan prosesi mauludan tersebut...selain diikuti oleh para ABDI keraton, mauludan(Panjang Jimat) ini juga diikuti oleh para sepuh dari KERATON SUMEDANG, serta para murid keraton. Acara Panjang jimat ini dimulai ketika SULTAN P. Hempi Raja Kaprabon MP. menyerahkan pedang Komando kepada pimpinan KIRAB PANJANG JIMAT yaitu M. MUKLAS SE. Dan ARIF IMAM K. SPd....arak arakan kirab dimulai dari KERATON KAPRABONAN menyusuri jalan lemahwungkuk hingga kembali lagi ke KERATON KAPRABONAN...selain arak arakan acara MULUDAN ini diisi tausiah dan pembacaan barjanji yang diikuti oleh seluruh ABDI SERTA MURID dan warga masyarakat.