Kamis, 03 Mei 2012

SEMARAK FESTIVAL KERATON NUSANTARA 2012




Agenda Festival Budaya tahunan dengan rangkaian acara Festival Keraton Nusantara (FKN) tahun 2012 akan kembali digelar. Dalam tahun 2012 ini kegiatan tersebut akan dipusatkan di Keraton Buton, tepatnya di kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara.
Dalam semarak Festival Keraton Nusantara 2012, tema yang diangkat adalah “Binci-binciki Kuli”. Dalam falsafah kebudayaan Buton, “Binci-binciki kuli ini memiliki makna harfiah jika setiap orang mencubit kulit tubuhnya sendiri pasti akan terasa sakit. Filosofi ini memaknakan bahwa jika kita merasa sakit mencubit kulit tubuh sendiri maka pasti akan terasa sakit pula bila kita mencubit kulit tubuh orang lain. Hal senada disampaiakan oleh Kepala Bidang Purbakala dan Nilai-nilai Seni Budaya, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Bau-Bau, Ali Arham.
Tema tersebut dirasa sangat relevan dengan kondisi Bangsa Indonesia saat ini dimana banyaknya gejolak gesekan baik vertical maupun horizontal yang memicu lahirnya konflik dalam kondisi keseharian Bangsa Indonesia. Sehingga diharapkan dengan tema tersebut dapat dimanifestasikan masyarakat untuk saling menghargai dan menghormati dalam tenggang rasa sebagai wujud menghormati warisan kearifan lokal dari keberagaman suku dan budaya di Indonesia.
Khusus untuk Keraton Buton sendiri, didukung penuh oleh daerah-daerah yang masuk dalam eks kesultanan Buton, antara lain Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Wakatobi, Buton Utara, dan Bombana.
Terkait kesiapan dalam pelaksanaan FKN 2012 yang akan digelar pada awal juli nanti, Pemerintah Kota Bau-Bau saat ini sedang merampungkan segala persiapan baik dari sisi sosial, infrastruktur serta persiapan teknis lainnya terkait sarana dan prasarana penunjang. Tercatat bahwa sebanyak 120 Keraton dari 152 Keraton di Indonesia (Keraton Nusantara) telah menyatakan kesediannya dan memastikan turut serta menyemarakkan agenda tersebut. Dan saat ini masih menunggu konfirmasi dari sekitar 30 Keraton lainnya. Kemudian terkait dengan rangkaian acara FKN ini, pihak pemerintah lokal sebagai panitia sedang menunggu keputusan jadwal resmi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Citra Satelit Kota Bau-Bau & Keraton Buton; Support Image : Google Maps (Satelit)

Jumat, 20 April 2012

Sejarah Singkat Kraton Kaprabonan


Kraton Kaprabonan adalah salah satu keturunan Prabu Siliwangi Raja Pakuan Pajajaran (Abad XV), beristri permaisuri bernama Ratu Subang Larang, yang berputera:
  1. Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana yang bergelar Prabu Anom atau Sri Mangana.
  2. Ratu Mas Rarasantang.
  3. Pangeran Raja Sengara atau Kian Santang Ratu Mas Rarasantang setelah menunaikan ibadah haji bersama kakaknya (Pangeran Walasungsang), namanya menjadi Hajjah Syarifah Mudaim. Dari sanalah Ratu Mas Rarasantang bertemu jodoh yang kemudian menikah dengan Sultan Mesir bernama Sultan Mahmud Syarief Abdullah dimana beliau keturunan ke-21 dari Rasulullah Muhammad SAW yang kemudian dikaruniai 2 orang putera, yaitu:
  1. Syech Nurudin Ibrahim Syarief Hidayatullah.
  2. Syech Syarief Nurullah Syech Syarief Hidayatullah (putera pertama Sultan Mesir) setelah berumur sekitar 26 thn, hijrah ke tanah Sunda dalam melaksanakan tugas untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan janji dan cita-cita ibundanya. Sedangkan Syech Syarief Nurullah (putera ke-2 Sultan Mesir) yang meneruskan ayahandanya sebagai Sultan Mesir, karena kakaknya tidak mau menjabat sebagai Sultan Mesir dan patuh perintah ibundanya.
Pada tahun 1479 M, Syech Syarief Hidayatullah Susuhunan Jati Cirebon menjadi kepala negara di Cirebon, dan bergelar:
" Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panata Agama Awliyai Allah Kutubid Zaman Khalifatur Rasulullah SAW "
Pada tahun 1500 M Syech Syarief Hidayatullah telah menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, bahkan sampai ke negeri Cina (Tartar). Susuhunan Gunung Jati beristri dengan Nyai Kawunganten (adik bupati Banten), berputera Pangeran Maulana Hasanudin yang kemudian menjadi Sultan Banten. Setelah itu beristeri lagi dengan Nyai Tepasari dan berputera Pangeran Pasarean yang meneruskan sebagai Kepala Pemerintahan di Cirebon yang nama lengkapnya adalah Pangeran Dipati Muhammad Arifin Pasarean. Pangeran Pasarean berputera Pangeran Adipati Carbon.
Pangeran Adipati Carbon berputera Panembahan Ratu I atau Pangeran Emas (Kepala Negara Carbon ke-2), bertahta mulai tahun 1528 M. Panembahan Ratu I berputera Pangeran Dipati Anom Carbon, Pangeran Dipati Anom Carbon berputera Panembahan Ratu II (Kepala Negara Carbon ke-3) wafat pada tahun 1601 M di Girilaya Yogyakarta ketika diundang oleh mertuanya, yaitu Amangkurat I Sultan Mataram katanya, tetapi ternyata ditipu muslihat oleh kolonial Belanda dengan cara disekap (dipenjarakan) untuk menandatangani penyerahan keukasaan pemerintah Cirebon kepada pemerintah Belanda. Namun Panembahan Ratu II tetap tidak mau menandatanganinya dan menyerahkan kekuasaan Cirebon kepada pemrintah Belanda, sampai akhirnya beliau wafat dan dimakamkan di pemakaman raja-raja di Girilaya, Imogiri Yogyakarta. Setelah wafatnya Panembahan Ratu II, kekuasaan pemerintah Kesultanan Cirebon akhirnya lemah karena putera-puteranya masih kecil akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan pemerintah Belanda pada tahun 1601 M, sehingga kekuasaan pemerintah Kesultanan Cirebon secara mutlak tidak ada lagi. Kesultanan Cirebon hanya diberi wilayah kekuasaan dan hak-haknya secara terbatas.
Panembahan Ratu II (Panembahan Ratu Akhir) berputera:
  1. Pangeran Martawijaya, bergelar Sultan Sepuh Samsudin, menetap di Keraton Kasepuhan.
  2. Pangeran Kartawijaya, bergelar Sultan Anom Badrudin, menetap di Keraton Kanoman.
  3. Pangeran Wangsakerta, bergelar Panembahan Toh Pati sebagai asisten Sultan Sepuh yang menetap di Keraton Kasepuhan dan beliau hanya menurunkan sampai 2 turunan, setelah itu punggal (tidak menurunkan lagi).
Dari Sultan Anom Badrudin Keraton Kanoman berputera:
  1. Pangeran Raja Adipati Kaprabon, dari ibunda Ratu Sultan Panengah (permaisuri ke-2) bergelar Sultan Pandita Agama Islam Tareqat, yang hijrah dan menetap di Keraton Kaprabonan.
  2. Pangeran Raja Mandurareja Qodirudin dari ibunda Nyi Mas Ibu (permaisuri ke-3) yang meneruskan sebagai Sultan Anom di Keraton Kanoman.
Keraton Kaprabonan mulai berdiri pada tahun 1696 M yang dipimpin oleh Pangeran Raja Adipati Kaprabon dengan cita-citanya mengembangkan agama Islam sesuai perjuangan para Waliyullah terdahulu, terutama karuhunnya Sunan Gunung Jati. Pada saat itu gejolak politik pemerintahan Belanda semakin memanas, dan perlawanan-perlawanan terhadap kolonial Belanda pun masih terus berjalan, sehingga Pangeran Raja Adipati Kaprabon ingin menjauhkan diri dari situasi tersebut dan selalu mengkhususkan diri (Mandita) dalam mengembangkan agama Islam kepada para murid-muridnya, beliau tetap mendukung perjuangan adiknya untuk mengusir kolonial Belanda walaupun tidak sampai berhasil karena pada saat itu kekuatan kolonial Belanda semakin besar dengan telah dibentuknya Pemerintahan Residen Belanda yang dipimpin oleh Delamoor. Kepemimpinan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat kuat dengan politik pendekatan persuasif dengan Kesultanan dan para tokoh masyarakat pada saat itu.
Pangeran Raja Adipati Kaprabon tetap memegang komitmen melaksanakan amanat dari Gusti Susuhunan Jati Syech Syarief Hidayatullah, yaitu "Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin".
Maka dengan demikian beliau tetap tekun memperdalam agama tareqat dan menyebarkannya kepada para muridnya di sekitar wilayah Cirebon, bahkan banyak dari luar wilayah Cirebon yang berdatangan untuk menjadi muridnya, seperti dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pangeran Raja Adipati Kaprabon pada waktu diangkat menjadi Sultan Pandita Agama Islam Tareqat beliau telah diwarisi sebilah keris pusaka yang bernama Ki Jimat oleh Sultan Kanoman Pangeran Muhammad Badrudin dan beberapa kitab keagamaan maupun kitab pusaka dan sejarah yang sampai sekarang masih ada dan berjumlah sekitar 100 kitab dan tersebar di 4 paguron.
Keris Ki Jimat di dalamnya terukir dengan guratan emas dan tertulis Arab yang bermakna kalimat Tauhid dan keselamatan dunia akhirat. Setelah pesatnya perkembangan kemuridan keagamaan, 11 tahun kemudian Pangeran Raja Adipati Kaprabon pada tahun 1707 M mendirikan Langgar atau Tajug untuk tempat belajar ngaji dan agama agar proses belajar tersebut dapat berjalan dengan lancar dan baik, yang akhirnya juga dapat dijadikan tempat untuk pertemuan menyusun perjuangan melawan Belanda pada waktu itu.
Dalam setiap perjuangannya untuk mengadakan pelawatan ke daerah-daerah lain, P.R.A. Kaprabon menggunakan kereta berkuda yang dikawal oleh beberapa abdi dalemnya. Dengan kelincahan dan kepandaiannya dengan dalih agama, beliau tidak pernah ditangkap oleh tentara Belanda pada waktu itu, dan penyebaran agamanya pun cukup berhasil sampai ke pelosok-pelosok.
Setelah Pangeran Raja Adipati Kaprabon sebagai Sultan Pandita agama Islam Tareqat wafat pada tahun 1734 M, kemudian secara turun-menurun diteruskan oleh puteranya, yaitu:
  1. Pangeran Kusumawaningyun Kaprabon (1734 - 1766)
  2. Pangeran Brataningrat Kaprabon (1766 - 1798)
  3. Pangeran Raja Sulaiman Sulendraningrat Kaprabon (1798 - 1838)
  4. Pangeran Arifudin Kusumabratawirdja Kaprabon (1838 - 1878)
  5. Pangeran Adikusuma Adiningrat Kaprabon (1878 - 1918)
  6. Pangeran Angkawijaya Kaprabon (1918 - 1946)
  7. Pangeran Aruman Raja Kaprabon (1946 - 1974)
  8. Pangeran Herman Raja Kaprabon (1974 - 2001)
  9. Pangeran Hempi Raja Kaprabon (2001 - sekarang)

MULUDAN KAPRABONAN 1433 H

Tanggal 5 februari 2012 yang lalu ....Keraton Kaprabonan Menyelenggarakan Maulid nabi MUHAMMAD SAW. di langgar agung kraton kaprabonan dipimpin langsung oleh Sultan P. Hempi Raja kaprabon. MP. Maulid nabi ini berlangsung Khidmat walaupun sempat diguyur hujan yang sangat lebat , namun tidak menghentikan prosesi mauludan tersebut...selain diikuti oleh para ABDI keraton, mauludan(Panjang Jimat) ini juga diikuti oleh para sepuh dari KERATON SUMEDANG, serta para murid keraton. Acara Panjang jimat ini dimulai ketika SULTAN P. Hempi Raja Kaprabon MP. menyerahkan pedang Komando kepada pimpinan KIRAB PANJANG JIMAT yaitu M. MUKLAS SE. Dan ARIF IMAM K. SPd....arak arakan kirab dimulai dari KERATON KAPRABONAN menyusuri jalan lemahwungkuk hingga kembali lagi ke KERATON KAPRABONAN...selain arak arakan acara MULUDAN ini diisi tausiah dan pembacaan barjanji yang diikuti oleh seluruh ABDI SERTA MURID dan warga masyarakat.

Rabu, 18 April 2012

Silaturahmi antara pesantren dengan Keraton kaprabonan dan Gubernur JABAR


Moment Haul Bunten pesantren pada tanggal 8 April 2012, menjadi suatu moment yang sangat penting dalam menjalin keakraban dan tali silaturahmi antara pesantren dengan pusat budaya dalam hal ini KERATON KAPRABONAN....kedepan tujuan dari silaturahmi ini diharapkan bisa memperkenalkan budaya cirebon kepada SANTRI pondok pesantren, agar wawasan mereka tidak hanya dalam hal keislaman serta sosial namun juga BUDAYA.disela sela silaturahmi hadir juga GUBERNUR JAWABARAT (KH Ahmad Heryawan Lc) yang secara langsung mendukung serta menyukseskan acara ini...kedepan berharap event seperti ini dapat menjadi rutinitas agar terciptanya kelestarian budaya khususnya caruban nagari,,,,,,ANDUNG BASUKI ANDUNG WALUYA JATI.

PENCUCIAN PUSAKA


Maulid Nabi Muhammad SAW, Kaprabonan Cirebon menggelar ritual pencucian benda pusaka. Salah satu benda pusaka yang dicuci adalah Ki Jimat, simbol Kaprabonan secara turun-temurun.

Ritual pencucian benda pusaka berlangsung sederhana di Musala Kaprabonan, Komplek Kaprabonan, Jalan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, bertepatan dengan 1 Maulid. Selain bertujuan membersihkan benda pusaka berusia lebih dari tiga abad, kegiatan ini juga bermakna pelestarian tradisi Kesultanan Cirebon.

Di antara puluhan benda pusaka yang dicuci, sebuah benda pusaka yang diberi nama Ki Jimat pun turut dikeluarkan dari kotak penyimpannya dan dicuci. Menurut P.Hempi Raja Kaprabon.MP, Ki Jimat merupakan simbol Kaprabonan yang diwariskan turun-temurun terhadap putra mahkota yang memegang tampuk kepemimpinan Kaprabonan.

“Ki Jimat merupakan simbol keberadaan Kaprabonan sejak Kaprabonan mandiri dari Kesultanan Kanoman pada 1696. Karenanya, Ki Jimat benar-benar kami jaga sampai generasi ke-10 ini.
Selain Ki Jimat, setidaknya puluhan benda pusaka lain dibersihkan melalui serangkaian ritual yang didahului doa bersama yang dipimpin KH Abdul Latief dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Benda-benda pusaka yang dicuci, berupa keris, kujang, hingga mata tombak. Termasuk di antaranya enam benda pusaka yang dicuri pada akhir Juni 2011 lalu.

Pencucian dilakukan langsung Sultan Kaprabonan Cirebon X Pangeran Hempi Raja Kaprabon, menggunakan air yang diambil dari sumur Kaprabonan dicampur air bunga mawar, melati, maupun kenanga. Sebelumnya, benda pusaka dibalur air perasan jeruk nipis.

Dia menegaskan, pencucian benda pusaka lebih pada upaya menjaga kebersihan masing-masing benda agar tak berkarat. Setelah dicuci, benda-benda pusaka tersebut selanjutnya diberi wewangian.

Pencucian benda pusaka sendiri merupakan salah satu tradisi Kaprabonan yang masih ada hingga kini. Sebelumnya, jelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, serangkaian tradisi lainpun digelar seperti penabuhan Gong Sekati hingga pertunjukan wayang golek.

“Tapi sejak sekitar 1975, rangkaian itu tidak ada lagi sampai kini karena kendala teknis, seperti peralatan gamelan yang kurang lengkap akibat dijual atau ada di keraton lain.

Karena itu, melalui pencucian benda pusaka Kaprabonan bermaksud memertahankan tradisi yang masih ada. Di sisi lain, kegiatan sekaligus hendak menunjukkan eksistensi budaya Cirebon yang hidup di sekitar Kaprabonan.

tradisi pencucian benda pusaka tidak harus dilaksanakan pada 1 Maulid setiap tahunnya mengingat benda pusaka sebenarnya bisa dibersihkan sepekan sekali. Namun, pencucian dalam hal ini lebih melihat pada momentum, di mana banyak orang berkumpul, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW maupun kliwonan.

WAYANG CEPAK DAN TOMBAK KERAJAAN SINGAPURA MERTASINGA


wayang cepak yang merupakan wayang golek asli dari cirebon kini semakin langka dipagelarka di tengah tengah masyarakat, itu dikarenakan sudah langkanya para dalang wayang cepak. yang ternyata sebab musababnya adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam melestarikan kesenian tersebut. Hasil survey badan kesenian Keraton Kaprabonan, Imam K.SPd. mengatakan bahwa kurangnya lembaga atau sanggar kesenian yang mengajarkan bagaimana mendalang wayang cepak yang lakon ceritanya banyak mengambil dari cerita babad cirebon dan pajajaran serta kisah masyarakat yang mengandung nilai moral yang tinggi.
Selain itu pula kurangnya kesadaran masyarakat akan kelestarian peninggalan sejarah cirebon masa lampau seperti senjata pusaka. membuat tidak terakomodir/terdatanya asset asset penting tak ternilai itupun bisa secara bebas diperjual belikan....seperti contoh TOMBAK DARI KERAJAAN SINGAPURA MERTASINGA ini yang usianya kurang lebih 600 tahunan,,,berada ditangan masyarakat dan keadaannya tidak terawat, oleh karna itu kami selaku pemerhati budaya dan peninggalan sejarah kepurbakalaan menghimbau kepada seluruh aspek masyarakat cirebon khususnya dan masyarakat indonesia umumnya untuk bersama sama melestarikan budaya bangsa yang merupakan jatidiri bangsa....Andung basuki andung waluya jati.