Rabu, 18 April 2012

PENCUCIAN PUSAKA


Maulid Nabi Muhammad SAW, Kaprabonan Cirebon menggelar ritual pencucian benda pusaka. Salah satu benda pusaka yang dicuci adalah Ki Jimat, simbol Kaprabonan secara turun-temurun.

Ritual pencucian benda pusaka berlangsung sederhana di Musala Kaprabonan, Komplek Kaprabonan, Jalan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, bertepatan dengan 1 Maulid. Selain bertujuan membersihkan benda pusaka berusia lebih dari tiga abad, kegiatan ini juga bermakna pelestarian tradisi Kesultanan Cirebon.

Di antara puluhan benda pusaka yang dicuci, sebuah benda pusaka yang diberi nama Ki Jimat pun turut dikeluarkan dari kotak penyimpannya dan dicuci. Menurut P.Hempi Raja Kaprabon.MP, Ki Jimat merupakan simbol Kaprabonan yang diwariskan turun-temurun terhadap putra mahkota yang memegang tampuk kepemimpinan Kaprabonan.

“Ki Jimat merupakan simbol keberadaan Kaprabonan sejak Kaprabonan mandiri dari Kesultanan Kanoman pada 1696. Karenanya, Ki Jimat benar-benar kami jaga sampai generasi ke-10 ini.
Selain Ki Jimat, setidaknya puluhan benda pusaka lain dibersihkan melalui serangkaian ritual yang didahului doa bersama yang dipimpin KH Abdul Latief dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon. Benda-benda pusaka yang dicuci, berupa keris, kujang, hingga mata tombak. Termasuk di antaranya enam benda pusaka yang dicuri pada akhir Juni 2011 lalu.

Pencucian dilakukan langsung Sultan Kaprabonan Cirebon X Pangeran Hempi Raja Kaprabon, menggunakan air yang diambil dari sumur Kaprabonan dicampur air bunga mawar, melati, maupun kenanga. Sebelumnya, benda pusaka dibalur air perasan jeruk nipis.

Dia menegaskan, pencucian benda pusaka lebih pada upaya menjaga kebersihan masing-masing benda agar tak berkarat. Setelah dicuci, benda-benda pusaka tersebut selanjutnya diberi wewangian.

Pencucian benda pusaka sendiri merupakan salah satu tradisi Kaprabonan yang masih ada hingga kini. Sebelumnya, jelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, serangkaian tradisi lainpun digelar seperti penabuhan Gong Sekati hingga pertunjukan wayang golek.

“Tapi sejak sekitar 1975, rangkaian itu tidak ada lagi sampai kini karena kendala teknis, seperti peralatan gamelan yang kurang lengkap akibat dijual atau ada di keraton lain.

Karena itu, melalui pencucian benda pusaka Kaprabonan bermaksud memertahankan tradisi yang masih ada. Di sisi lain, kegiatan sekaligus hendak menunjukkan eksistensi budaya Cirebon yang hidup di sekitar Kaprabonan.

tradisi pencucian benda pusaka tidak harus dilaksanakan pada 1 Maulid setiap tahunnya mengingat benda pusaka sebenarnya bisa dibersihkan sepekan sekali. Namun, pencucian dalam hal ini lebih melihat pada momentum, di mana banyak orang berkumpul, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW maupun kliwonan.

Tidak ada komentar: